Dua menit yang mengubah hidup ''masa depan bola basket Indonesia'' Derrick Michael Xzavierro
JAKARTA (Indonesia) - Suasana suram menyelimuti Indonesia setelah kalah dari Yordania di FIBA Asia Cup 2022 pada Kamis, tetapi cahaya untuk menerangi masa depan basket Indonesia mulai bersinar.
"Derrick akan berkembang lebih baik dan terus membaik setiap hari. Dia masa depan bola basket Indonesia."
- Milos Pejic, Pelatih Kepala Indonesia
Derrick Michael Xzavierro memberi penonton tuan rumah sesuatu yang bisa dibanggakan, walaupun menderita kekalahan 74-65 lewat pertandingan yang luar biasa. Aksi di lapangan lebih jauh menunjukkan alasan Timnas akan berada di tangan yang baik untuk tahun-tahun mendatang.
Pemain kurus berusia 19 tahun itu memimpin jalan Indonesia dengan 19 poin, 17 di antaranya ia buat di babak pertama saja. Aksi Derrick membuat Indonesia hanya tertinggal satu poin dari Falcons saat jeda. Dia mencatatkan akurasi 63 persen dari field goal dan juga menambah dengan enam rebound.
Saking senangnya, fans di dalam Istora Senayan meneriakkan namanya, tidak hanya selama pertandingan, tetapi bahkan setelahnya. Ini menunjukkan apresiasi yang tentunya membuat dia dan ibunda tercintanya yang hadir di tribun penonton penuh kegembiraan.
Pelatih kepala Indonesia Milos Pejic menyinggung nama Derrick ketika ditanya apakah dia mendapatkan pelajaran yang bisa dipetik dari pertandingan yang bisa memberi Timnas kesempatan langsung ke perempat final jika menang.
"Saya memberi tahu tim saya bahwa kami membeli pengalaman. Namun ini bukan saat yang tepat untuk membeli pengalaman di Asia Cup. Terlalu mahal. Tapi, kami punya Derrick Michael Xzavierro. Apakah kalian melihat? Orang baru. Sosok yang menjanjikan," kata dia.
Yang membuat mentor asal Serbia itu kagum adalah bagaimana forward berpostur 2,03 M (6'8") itu mampu bertahan melawan Zaid Abbas yang legendaris, meskipun faktanya ini adalah kompetisi besar pertamanya di FIBA.
"Anak 19 tahun. Dia berhadapan dengan Abbas. Derrick tidak bermain di liga apa pun sepanjang hidupnya. Tidak di liga mana pun," kata Milos mengomentari pemain yang akan membela Grand Canyon University. "Ini kompetisi pertama untuknya... itu hal positif."
Jadi, juru taktik veteran itu tidak ragu bahwa Derrick akan menjadi masa depan basket Indonesia. Kabar baiknya, Derrick baru saja memulai perjalanannya.
"Derrick akan berkembang lebih baik dan terus membaik setiap hari. Dia masa depan bola basket Indonesia."
"Dia berada di awal perjalanannya. Itu sisi positifnya."
Bahkan veteran Yordania Ahmad Al Dwairi tak punya kata selain pujian untuk anak muda itu, yang menjadi bagian NBA Global Academy.
"Dia pemain yang sangat berbakat. Dia begitu agresif. Saya suka berapa agresifnya dia. Biarkan dia terus melakukan ini. Saya pikir dia akan pergi ke Amerika, Saya kira dia akan ke perguruan tinggi, Saya pikir kita akan menyaksikan dia di tempat-tempat yang baik," kata Al Dwairi.
"Dia sangat tangguh, Dia suka bermain. Dia memang meningkat. Biarkan dia terus melakukan hal yang sama. Dia tidak perlu terlalu banyak. Hanya mendapatkan lebih banyak pengalaman, dia akan menemukan cara untuk bermain. Dia pemain yang sangat berbakat," tambah sosok berusia 29 tahun itu.
Derrick bermain selama total 35 menit melawan Falcons, sebuah indikasi juga seberapa jauh dia datang dari anak 16 tahun yang bermain hanya dua menit dalam kekalahan dari Korea di window pembuka Kualifikasi Asia Cup.
Waktu yang dia dapatkan di lapangan sangat singkat, tapi itu, katanya, berarti segalanya baginya karena mengubah nasibnya, yang menjadi lebih baik, tentu saja.
"Dua menit itu benar-benar sangat penting untuk saya," kata Derrick. "Sebab setelah dua menit itu, segalanya berubah dalam hidup saya."
"[Setelah itu] Saya mendapatkan tawaran dari NBA Academy. Saya berkembang banyak di sana. Kembali ke sini, Indonesia menginginkan saya memperkuat tim ini. Saya bangga pada diri saya. Saya bekerja sangat keras untuk bermain selama 30 menit [di kuaifikasi World Cup], untuk membuktikan pada diri saya saya layak."
"Saya beruntung," tutupnya.
FIBA